Peristiwa Pasukan Gajah

18.43
Peristiwa Pasukan Bergajah
Peristiwa Pasukan Gajah. Panglima Abrahah berkuasa di negeri Yaman. Ia bermaksud menghancurkan Ka’bah di makkah dan memindahkannya ke negeri Yaman. Perhitungan Abrahah memang masuk akal. Dia mengira bahwa Ka’bah mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Jika di pindah ke Yaman, pusat kegiatan ibadah akan berpindah ke negeri tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyadari bahwa sekalipun Thawaf orang Jahiliyah itu salah, keyakinan bangsa Arab dan sekitarnya tidak pernah pudar. Mengapa? Sebab bangsa Arab mengaku keturunan Nabi Isma’il AS. Ikatan keturunan ini sangat kuat. Pengurus Ka’bah pada saat itu dipegang oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
Abrahah memilih pasukan khusus dengan mengendarai gajah. Dengan sikap dan gaya penuh kesombongan, pasukan Abrahah menunjukkan keperkasaannya. Penduduk desa yang dilewati merasa ketakutan. Ternak dan tanaman meraka rampas dari tangan penduduk. Unta-unta milik Abdul Muthalib juga tidak luput dari rampasan pasukan Abrahah. Mereka menyembelih puluhan unta dan ratusan kambing untuk pesta pora di sekitar Ka’bah. Mereka berkemah di sekitar Mekah.
Abrahah dan pasukan khususnya merasa tidak ada hambatan. Ia mulai memberi aba-aba kepada pasukannya. Mereka memandang Baitullah dengan penuh kebencian. Mereka bermaksud menghancurkannya dalam waktu singkat. Kesombongan Abrahah dan pasukannya tidak ubahnya bagai menggali kuburannya sendiri. Ka’bah tidak hancur, sebaliknya Abrahah dan pasukannya yang sombong itu hancur laksana daun dimakan ulat. Dengan kekuasaan Allah pasukan Abrahah musnah tidak bersisa diserang Burung Ababil. Kejadian ini diterangkan dalam Al Quran surah Al Fil: Artinya, “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Previous
Next Post »
0 Komentar