Tanda Tanda Kenabian

08.48
Tanda-Tanda Kenabian Muhammad SAW. (1)

Tanda-tanda KenabianSatu peristiwa yang menjadi tanda kenabian Muhammad SAW adalah saat beliau ikut berdagang ke Basrah bersama pamannya, Abu Thalib. Saat itu, Nabi Muhammad SAW masih berusia remaja dan belum diangkat menjadi rasul.
Setelah Muhammad SAW melakukan perjalanan jauh melewati gurun pasir, sampailah ia di kota Basrah. Kota tersebut merupakan kota kecil yang bersih. Penduduknya ramah terhadap para pendatang jauh. Saat itu hujan baru turun. Suasana menjadi sejuk di sana sini. Aroma tanah lembap dan batu bata basah memenuhi udara. Suasana kota pun menjadi sepi. Muhammad menghirup udara segar. Alangkah berbeda dengan kota Mekah yang riuh dan berdebu.
Di tempat lain, di sebuah biara yang terdapat di pinggiran Basrah, ada seorang rahib bernama Bahira. Saat itu, dia sedang beribadah di biara. Tidak seperti biasanya, dia merasakan sesuatu yang membuatnya takjub. Dia merasakan bahwa saat ini kota Basrah kedatangan kafilah. Ada banyak unta dan perbekalan, ada orang-orang yang kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh di bawah sengatan matahari, serta ada seorang anak muda yang tampan. Dan, yang lebih menakjubkan lagi, dalam bayangannya itu, Bahira melihat anak muda itu tampak dipayungi oleh sekelompok awan. Hanya anak muda itu yang dilindungi awan dari panas matahari. Namun, setelah dia membuka matanya, Bahira tidak lagi melihat bayangan itu.
Bahira segera bangkit untuk mencari tahu. Akhirnya, Bahira melihat kafilah yang sama seperti yang dilihatnya dalam bayangan tadi. Ketika ia sedang asyik mengamati, tiba-tiba pohon yang berada di dekat kafilah itu melengkung dan menaungi seorang anak mada yang tampan. Anak muda itu sama seperti yang dilihatnya ketika sedang berdoa tadi.
Bahira sadar bahwa peristiwa itu adalah istimewa yang tidak dapat dialami oleh setiap orang.
“Hai ini merupakan tanda dari Allah,” katanya dalam hati. “Anak ini pasti membawa berkah istimewa,” Bahira pun mendekati kafilah ini. Tahulah dia bahwa kafilah tersebut adalah Kaum Quraisy dari Makkah.
“Wahai Kaum Quraisy, aku telah menyiapkan makanan untuk kalian. Aku mengundang kalian, yang kecil maupun yang besar, budak maupun yang merdeka.
Setelah perjamuan selesai, Bahira memanggil Muhammad.
“Duduklah di sini, di sampingku, anak muda. Demi Latta dan Uzza, ceritakanlah kepadaku segala sesuatu tentang dirimu,” pinta Bahira.
“Jangan memintaku dengan menyebut Latta dan Uzza. Demi Allah, tidak ada yang lebih kubenci selain kedua dewa itu,” ucap Muhammad.
“Kalau begitu, demi Allah, ceritakanlah kepadaku tentang apa yang kutanyakan tadi.”
Bahira pun mulai bertanya segala sesuatu tentang Muhammad. Dalam setiap jawaban yang diberikan Muhammad ada sesuatu yang membuat Bahira senang. Ia yakin bahwa anak muda ini adalah seorang yang diberkahi oleh Allah.
Bahira pun menuntun Muhammad kembali kepada pamannya.
“Jagalah dia dengan hati-hati. Masa depan yang gemilang terbentang di hadapan kemenakanmu itu,” ucap Bahira kepada Abu Thalib.
Previous
Next Post »
0 Komentar