Latihan Olah Suara

07.22
Latihan Olah Suara
Latihan Olah Suara
OLAH SUARA 1

Suara merupakan alat ekspresi untuk menyampaikan bentuk secara verbal dan sesuatu secara lisan. Cerita disampaikan lewat para pemain dengan menggunakan suara, percakapan, atau dialog dengan maksud untuk menggambarkan sesuatu lewat ungkapan kata atau suara. Apa yang diucapkan pemain diatas pentas selalu memberikan informasi tentang pikiran, sikap, watak, situasi, lingkungan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan apa yang sedang berlangsung diatas pentas.

Oleh karena itu, maka seorang aktor harus melatih suaranya dengan memperhatikan bagaimana mengatur volume suara, nada, tempo, diksi, dan lain-lainnya latihan penampilan suara ini bisa juga dikaitkan dengan pelajaran olah suara atau olah vokal seperti yang biasa dilakukan disanggar atau ditempat kursus vokal.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari seorang aktor dalam mengolah suaranya, yaitu sebagai berikut
Melatih kejelasan ucapan
Melatih tekanan ucapan, yang meliputi tekanan dinamik, tempo dan nada.
Mengeraskan ucapan

Sebagai bahan latihan ucapkanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan memperhatikan ketiga hal ini

a. Ungkapan rasa sedih

“ Kenapa hujan harus turun juga? Belumlah jauh jarak yang harus kutempuh, sementara kaki mulai melepuh.Sementara tubuh mulai basah, seperti hati yang lama memendam resah. Kekasih kenapa kau uji kesabaran ini dengan pergi meninggalkanku begitu saja?”

b. Ungkapan rasa marah

“ Cepatlah kemari! Perhatikan lagi dengan seksama, bagus sekali pekerjaanmu! Tidak ada satupun pembahasan dalam makalah ini yang sesuai dengan apa yang sudah didiskusikan kemarin! Beda, jauh beda! Rupanya kau sudah merasa pintar sekarang?”

c. Ungkapan rasa kagum

“ Gila, ini betul-betul gila! Belum pernah aku menemukan perpaduan warna yang begitu harmonis. Dan garis-garis ini betul-betul menggores mataku untuk menatapnya lebih lama.”

d.Ungkapan menghina

“ Dimana rumahmu?”

e. Ungkapan ramah

“ Baru pulang?”

f. Ungkapan terkejut

“ Ayah?”

g.Ungkapan heran

“ Ayah?”

h.Ungkapan kagum

“ Ayah?”

i. Ungkapan rasa bersalah

“ Ayah?”

( Diambil dari Dartum Ipung Kusmawi, S.Pd, A. Rois Affandi, 2007, Buku Modul, Seni Budaya Program Belajar Paket C Setara SMA , Arya Duta, Depok )


OLAH SUARA 2

Suara adalah modal dasar lainnya yang memiliki peranan penting dalam menghidupkan tokoh. Suara yang diperlukan adalah suara yang mampu didengar oleh penontonnya secara jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif, dan sesuai dengan artikulasinya. Jika dialog yang kita sampaikan tidak didengar oleh penonton karena kurang jelas, maka sudah dapat dipastikan bahwa pementasan teater tidak akan berjalan sempurna. Penonton akan mengalami kesulitan dalam memahami dialog yang kita ucapkan, yang akhirnya akan sulit pula memahami jalan cerita yang ditampilkan.

Selain kejelasan suara tersebut, aktor juga harus memerhatikan hal-hal berikut .
Memahami warna suara dari tokoh yang diperankan. Warna suara ini berhubungan dengan watak tokoh, umur tokoh, dan keadaan sosial tokoh. Seorang aktor tidak dibenarkan mengubah warna suara tanpa alasan yang jelas.
Mengatur nada suara dari tokoh yang dipernkan. Dengan pengaturan nada ini penonton mampu membedakan peran yang satu dengan yang lainnya.
Memerhatikan aksen-aksen khas daerah atau dialek keseharian. Hal ini berguna

ketika seorangaktor memerankan tokoh yang berasal dari etnis yang berbeda dengan etnisnya sediri.

Beberapa latihan untuk mengolah suara yang dapat di lakukan, diantaranya:

a. Bicara biasa

Latihan ini bisa dicoba dengan melakukan pembicaraan sebagai mana biasanya. Carilah bahan pecakapan, kemudian bercakap-cakaplah dengan wajar seperti sedang ngobrol.Akan tetapi, usahakan setiap kata atau kalimat yang diucapkan dapat jelas terdengar.

b. Berbisik

Berbisik dalam mengucapkan dialog diatas pentas akan berbeda dengan berbisik yang biasa dilakukan sehari-hari. Dalam pentas teatar, apa yang kita bisikkan harus jelas.

Latihan bicara dengan berbisik sangat bagus untuk melatih “tenaga” yang sangat dibutuhkan guna mendukung suara. Latihan berbisik ini harus diulang hingga berkali-kali sehingga suara pemain bertenaga.

c. Berteriak

Berteriak dibutuhkan seorang aktor untuk memperoleh ketahanan fisik didalam mempertahankan percakapan panjang. Berteriak akan melatih pita suara sehingga tidak mudah rusak. Selain itu, juga untuk menghilangkan segala penghambat yang membuat suara tidak solid, seperti bindeng, gagap, dan sebagainya.

Latihannya adalah dengan mengucapkan dialog dalam jarak yang berjauhan. Dialog yang kita ucapkan harus dapat didengar oleh lawan main kita, sehingga dia bisa meresponnya. Jika dia diam, berarti suara kita tidak ditangkap sempurna olehnya. Kita bisa menaikkan nada suara kita, atau memendekkanjarak dialog.

d. Resonansi

Berbicara dengan cara resonansi ditunjukkan agar suara memiliki gema (gaung) yang bisa menyebar kesegala arah. Pada saat bicara, usahakan agar seluruh tubuh bergetar. Dengan demikian akan menimbulkan resonansi yang ampuh. Dengan resonansi yang terlatih, suara seorang aktor seolah bersayap sehingga memiliki daya pikat yang penuh pesona.

( Diambil dari Dartum Ipung Kusmawi, S.Pd, A. Rois Affandi, 2007, Buku Modul, Seni Budaya Program Belajar Paket C Setara SMA , Arya Duta, Depok )


OLAH SUARA 3

Akting seorang aktor tidak lepas dari dukungan kata-kata yang diucapkannya. Kata-kata tersebut kemudian disusun menjadi rangkaian kalimat dialog. Dengan dialog itu pula, seorang aktor mampu mengutarakan pikiran serta perasaan tokoh yang sedang diperankannya. Dialog itu bisa tercipta karena adanya suara yang dikeluarkan melalui mulut. Dengan suara yang terlatih maka seorang aktor mampu mengucapkan dialog dengan tepat. Meskipun ada jenis teater yang meminimkan dialog dalam pementasannya, seperti teater mini kata, namun suara tetap saja menjadi hal yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Meskipun tidak berdialog, minimal seorang aktor mengeluarkan teriakan atau lenguhan pendek.

Untuk melatih potensi suara ini maka seorang aktor harus membiasakan berlatih seperti latihan dasar dibawah ini, yaitu menyanyi dan berdeklamasi.

a. Menyanyi

Menyanyi mungkin sebuah kegiatan yang hampir dilakukan oleh semua orang. Caranya ada yang bersenandung, bergumam, atau berteriak-teriak. Dalam latihan teater, metode nyanyi yang digunakan adalah metode seriosa. Lagu-lagu dalam seriosa menuntun keterampilan lebih dalam mengolah vokal serta melatih pernafasan. Latihan nyanyi ini sebaiknya dilakukan pagi-pagi sebelum sarapan, kecuali segelas air es atau segelas air dari kendi yang jernih.

b. Deklamasi

Deklamasi adalah menyampaikan sajak dengan lisan. Latihan deklamasi ini untuk melatih artikualasi suara, tekanan ucapan, serta keras lembutnya suara yang diucapkan. Deklamasi umumnya dibawakan secara langsung didepan penonton. Oleh karena itu, anda perlu memerhatikan teknik penampilan agar menarik. Usahakan untuk selalu menjaga proyeksi gerakan, memerhatikan timing, serta memerhatikan semua gerak yang harus dilakukan secara wajar dan beralasan. Tak perlu dilagukan, cukup dibaca dengan memerhatikan ketepatan, tempo, dan artikulasinya.

Sebagai latihan, bacalah dua puisi ini dengan cara berdeklamasi!

Karawang-Bekasi

Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara karawang-Bekasi

Tidak bisa teriak merdeka dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami Cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunnyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa raga kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi


Karangan Bunga

Karya Taufik Ismail

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke salemba

Sore itu

“Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi”

1996

Sebagai latihan tambahan, anda juga bisa melatih potensi suara ketika pentas dengan cara memberi isi kepada dialog. Cara ini merupakan aturan dan tata cara menghidupkan dialog sehingga tidak heran kalau cara memberi isi disebut pula sebagai cara berucap.

Di dalam naskah yang diterima oleh aktor, tertulis berbaris-baris dialog yang merupakan benda mati. Sudah menjadi tugas aktor untuk menghidupkannya dengan cara membaca, menghapalkan, dan memahaminya dalam gerak laku akting. Untuk itu, seorang aktor harus menguasai empat hal yang paling mendasar dalam menghidupkan dialog, yaitu dengan tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo, dan tekanan irama.
  1. Tekanan dinamik, yaitu mengeraskan kata atau kalimat yang lebih penting dari kata atau kalimat lainnya. Tujuannya adalah untuk menggiring penonton kepada dialog yang dimaksud. Misalnya pada saat mengucapkan dialog “ Saya pegi ke Bandung “ kita memberi tekanan kepada kata “ Saya “, maka sudah jelas bahwa yang dimaksud oleh si aktor adalah saya pribadi bukan orang lain. Demikian juga ketika tekanan diberikan kepada kata “ Ke Bandung “, maka sudah jelaws bahwa si aktor menuju ke Bandung tidak ke Jakarta atau kota lainnya.
  2. Tekanan nada, yaitu memberi tekanan yang tinggi atau sebaliuknya, tekanan yang rendah, kepada kata atau kalimat sewaktui mengucapkan dialog. Misalnya pada saat mengucapkan dialog, “Saya pergi ke Bandung”, anda memberi tekanan yng tinggi kepada kata “saya” atau jika perlu berteriak maka kata “saya” menjadi segala-galanya. Adapun “pergi ke Bandung” menjadi terabaikan, begitu seterusnya. Tekanan nada tinggi ini biasanya dilakukan pada saat adegan histeris. Adapun tekanan nada yang rendah dilakukan pada saat memainkan adegan kepedihan hati, kekecewaan, terhina, dan sejenisnya.
  3. Tekanan tempo, yaitu mempercepat atau memperlambat kata atau kalimat sewaktu mengucapkan dialog. Kata atau kalimat yang diucapkan dengan tenpo yang lambat akan lebih memiliki kekuatan dari pada kata atau kalimat yang lain: sebaliknya, kata atau kalimat yang diucapkan dengan tempo yang cepat akan kehilangan kekuatannya, tenggelam oleh kata atau kalimat lainnya.Misalnya pada saat mengucapkan dialog, “Saya pergi ke Bandung”, anda memberi tekanan tempo yang cepat kepada kata “Saya”, maka kata “Saya”, akan tenggelam oleh kata “pergi ke Bandung”.
  4. Tekanan irama, yaitu melagukan kata atau kalimat dalam mengucapkan dialog. Ucapkan kalimat, “saya pergi ke Bandung” dengan melantunkannya maka akan timbul kesan menerawang. Lalu ucapkan dengan gumam maka akan timbul kesan menimbang-nimbang, merenung, atau ragu-ragu. Kemudian ucapkan dengan terputus-putus, tersendat-sendat, terisak-isak, tergagap-gagap, atau mendesah-desah maka akan timbul kesan hati yang luka, remuk redam, rindu dendam, gundah gulana, dan sejenisnya.

( Diambil dari Dartum Ipung Kusmawi, S.Pd, A. Rois Affandi, 2007, Buku Modul, Seni Budaya Program Belajar Paket C Setara SMA , Arya Duta, Depok )
Previous
Next Post »
0 Komentar