Kisah Ayah Nabi Ibrahim tidak mau beriman kepada Alloh SWT

18.03
Cerita islami di bawah ini merupakan lanjutan dari cerita nabi ibrahim sebelumnya. Menceritakan usaha nabi ibrahim untuk menyadarkan ayahnya dan kaumnya yang masih menyembah berhala, agar beralih untuk beriman kepada Allah SWT.

Kisah Ayah Nabi Ibrahim tidak mau beriman kepada Alloh SWT













Nabi ibrahim menasihati ayahnya agar meninggalkan berhala

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuah dan dipahatnya sendiri dan orang-orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.

Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya, bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkan memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yan Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dengan kata kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutus oleh ALlah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti kaumnya yang lain padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keungungan bagi penyembahnya atua mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepadanya bahwa penyembahan kepada berhal-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak nabi adam as diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihdupkan memberi rezeki dan kenikatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Ayah Nabi ibrahim murka kepada ibrahim

Aazar, ayah dari nabi ibrahim menjadi merah mukanya dan melotok matanya mendengar kata-kata seruan puteranya yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patuh bahwa puteranya telah berani mengecem dan menghhina kepercayaan ayahnya bahkan mengajaknya utuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetap dinyatakan dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki seolah tidak ada hubungan di antara mereka. ia berkata kepada Nabi Ibrahim as dengan nada gusar : “Hai ibrahim! berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu dan tidak engkau hentikan sauahmu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam satu rumah di bawah satu atap. Pergilan engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau”

Nabi ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya sikap tenang, sebagai anak terhadap ahanya seraya berkata : “Oh ayahku, semoga engkau selamat, aku akan tetap memohon ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.” Lalu keluarlah Nabi ibrahim as meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Kegagalan nabi ibrahim as dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putra yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sadar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keiinginan dan usahanya.

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikpun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penarangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan rasul-Nya

Nabi ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menilai dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim as tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan maereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapak dan nenek moyang mereka lakukan dan mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Previous
Next Post »
0 Komentar