Zuhud

16.34

Zuhud - Banyak sekali penjelasan ulama tentang makna zuhud. Umumnya mengarah kepada makna yang hampir sama. Di sini akan disampaikan sebagian dari pendapat tersebut.

Makna secara bahasa
Zuhud menurut bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Dalam bahasa arab terdapat ungkapan "Syaiun zahidun" yang berarti "sesuatu yang rendah dan hina".

Baca juga : Pengertian Akhlak

Makna secara istilah
Ibnu Taimiyah mengatakan : sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu Al-Qayyim bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi, teladan bagi orang-orang yang zuhud, beliau mempunyai sembilan istri. Demikian juga Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Para sahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.

Hal-hal yang mendorong untuk Hidup Zuhud, antara lain :
  1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang tersembunyi. Ingat betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meniggalkannya dan merasa cukup dengan hidup sederhana.
  2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah, "Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)." (QS. At-Takatsur :6) Perasaan ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
  3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangi jahat dan buruk. Berbeda halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah, jiwa menjadi tentram dan hati merasa sejuk, menerima takdir Allah SWT dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
  4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan keindahan dunia serta kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainan dan kesia-siaan belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya, "Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya." (QS. An-Naaziat : 37-39) Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman, "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'laa : 16-17) Semua dalil-dalil, baik dari Al-Qur'an maupun as-Sunnah, mendorong seseorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan kekal.
Previous
Next Post »
0 Komentar