Ilmu Berkualitas karena Guru Ikhlas

21.44
Ilmu Berkualitas karena Guru Ikhlas
Ilmu Berkualitas karena Guru Ikhlas
Saat ini sudah mulai terjadi pergeseran nilai pendidikan di tengah kehidupan modern. Saat ini masyarakat lebih cenderung melihat sisi lahiriyah atau fisik dalam orientasi mencari ilmu. Sebagai contoh masyarakat sekarang lebih tertarik melihat bangunan fisik dan sosok pemilik sekolah atau pesantren saat akan menuntut ilmu.

Hal ini diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Maron Purworejo Jawa Tengah saat menjadi pembicara pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan PWNU Provinsi Lampung di Kantor NU Jalan Cut Mutia Bandarlampung, Ahad (18/12) malam.

Menurutnya hal ini berbeda jauh dengan zaman dulu di mana para orang tua, murid atau santri lebih menekankan pada sisi kualitas dan barakah dari pendidikan. Zaman dulu, tambahnya, para murid dan santri siap untuk tirakat atau riyadhah untuk mendapatkan keberkahan guru dan ilmu.

"Mereka berebut untuk membawakan tas gurunya ketika datang ke kelas untuk mendapatkan barakah yang tidak bisa diungkap dengan kata dan hitung dengan angka," jelasnya.

Namun saat ini hal tersebut sudah mulai tergerus dengan pola kehidupan hedonis yang cenderung diukur dari sisi materi sehingga kualitas dan barakah ilmu yang dimiliki oleh orang zaman sekarang berkurang.

Penurunan kualitas juga saat ini terjadi pada tenaga pendidik atau gurunya sendiri. Saat ini guru banyak yang sudah berorientasi pada materi sehingga mereka seperti penjual jasa. "Sekarang gurunya yang berebut sertifikasi. Jadi bergeser bukan pahlawan tapi penjual jasa. Makanya kualitas pendidikan jadi rendah," tegasnya.

Menurutnya, ada korelasi yang kuat antara keikhlasan guru dalam mendidik dan kualitas ilmu seorang murid. "Murid ilmunya berkualitas karena guru ikhlas. Sekarang malah yang diburu formalitas dan identitas. Sudah hitungan per jam berapa. Kalau tidak sesuai, tidak mau. Jadi sekarang banyak yang hanya mengajar tapi tidak mendidik," katanya.

Jika dihitung dengan materi, ujarnya, program sertifikasi untuk guru tidak akan cukup untuk menggantikan jasa dari seorang guru dalam memberikan ilmunya. “Kalau guru dulu itu memang benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Hak guru itu tidak akan bisa dibayar lunas karena ilmu," tambahnya.

Ia mengingatkan bahwa ada hutang yang tidak bisa dibayar lunas oleh manusia. Pertama adalah hutang anak kepada orang tua dan yang kedua adalah hutang murid kepada guru. "Bermilyar-milyar untuk mengganti kepahlawanan guru, tidak akan bisa," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)

Previous
Next Post »
0 Komentar