Kisah Sunan Giri Belajar Berdagang – Kisah Pedagang yang Jujur

10.21
Kisah Sunan Giri Belajar Berdagang – Kisah Pedagang yang Jujur
Kisah Sunan Giri Belajar Berdagang – Kisah Pedagang yang Jujur
Cerita islami kali ini merupakan lanjutan cerita asal usul sunan giri, kali ini tentang cerita sunan giri yang belajar berdagang dengan orang kepercayaan ibu angkatnya yaitu paman Abu Hrairah. Untuk lebih jelasnya silahkan simak kisahnya di bawah ini:

Cerita Sunan Giri Belajar Berdagang

Meskipun raden paku menyadari bahwa dirinya bukan anak kandung nyai ageng pinatih, namun ia tetap ingin berbakti kepada wanita yang telah mengasuh dan membesarkannya. Karena itu, sepulang dari negeri pasai, aceh, ia membantu ibunya untuk berdagang. Barang dagangannya di bawah ke negeri banjar, kalimantan. Nyai ageng pinatih adalah seorang penguasa yang kaya rasa di kota gresik. Karena itu, jika hendak berlayar maka ia menyiapkan tiga sampai empat kapal yang dipenuhi dengan banyak dagangan.
Cerita sunan giri, Sebelum berangkat, nyai ageng pinatih berpesan kepada raden paku, “Cobalah kamu belajar berdagang di negeri seberang. Mintalah nasihat kepada paman Abu Hurairah agar engkau mengerti seluk beluk menjadi pedagang”
Raden paku pun memenuhi nasihat ibunya. Ia menemui abu hurairah untuk menyatakan diri ikut berdagang ke Banjar. Abu Huraiha merupakan orang kepercayaan Nyai Ageng pinatih. Ia adalah orang pertama yang diangkat untuk bertanggung jawab atas barang dagangan. Karena itu, para pegawai nyai ageng pinatih menyebutnya sebagai nahkoda utama. Dan keinginan raden paku disambut baik olehnya.
Kisah Sunan Giri – Pada hari yang ditentukan, kapal-kapal nyai ageng pinatih yang telah dipenuhi barang dagangan siap berangkat ke banjar. dengan bersemangat, raden paku melompat ke kapal. Setelah semua awak kapal naik, layar pun segera dibuka. Dengan perlahan-lahan, kapal-halap miliki nyai ageng pinatih itu meninggalkan gresik. Dan, semakin ke tengah samudra angin semakin kencang, sehingga mendorong kapal ke utara.
Setelah sepekan di tengah laut, akhirnya, kapal-hapal itu merapat ke pelabuhan banjar, kalimantan. Selanjutnya abu hurairah mengajari raden paku tentang cara berdagang. Bahkan, sejak itu, semua uang hasil penjualan dipercayakan kepada raden paku untuk memegangnya.
“Nanti, kalau barang dagangannya sudah laku semua, kita perlu membeli barang-barang di sini untuk dijual di jawa. Itulah cara yang selama ini saya lakukan, sehingga kita pulang dan pergi tetap membawa hasil. Lagi pula, kapal yang ada muatannya tidak mudah oleng oleh angin dan badai, raden,” kata abu hurairah.
Raden paku pun mengatakan “baiklah” sambil manggut manggut
Raden paku sangat piawai dalam berdagang. Maklum, ilmu dagang yang didapatkan dari negeri pasai sangat diterapkannya. Ia menawarkan barangnya dengan cara yang jujur seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika membawa dagangan milik khadijah. Tak heran jika banyak orang merasa senang mengambil barang darinya. Dan, hal itu diketahui oleh Abu Hurairah. Nakhoda utama itu merasa terpukau menyaksikana sikap raden paku yang sangat simpati dalam menjual barang.

Cerita sunan giri menyedekahkan sebagian hasil dagangan

Dalam waktu yang tidak begitu lama, barang dagangan Nyai Ageng Pinatih pun habis sama sekali. Raden paku tidak segera membelikan barang-barang yang merupakan hasil kekayaan kalimantan, melainkan ia menghitung labanya terlebih dahulu. Setelah diketahui laba dari penjualan itu, kemudian raden paku membagikan sebagian hasilnya kepada fakir miskin di daerah banjar. hal itu sempat membuat cemas abu hurairah.
Abu hurairah pun menegur. “Raden, mengapa hasil penjualan barang dibagikan kepada mereka?”
“Jawangn khawatir, aku hanya membagikan sebagian labanya, aku masih menahan modalnya.” kata raden paku
“Bukanlah nyai ageng pinatih berpesan agar kita membeli barang-barang, seperti intan, emas, kain sutra, dan rotan, untuk dijual di jawa?” tanya Abu Hurairah.
“Lupakan itu,” ujar raden paku dengan tenang, “di banjar aku melihat banyak fakir miskin yang membutuhkan bantuan. Apa salahnya jika bershadaqah kepada mereka. Bukankah ibu sudah mendapatkan keuntungan dari mereka?”
Pikiran Abu Hurairah semakin panik. Ia membayangkan pasti Nyai Ageng Pinatih akan memarahinya ketika ia tahu kalau dirinya tidak membawa dagangan dari kalimantan.
“Jika kapal kita pulang dalam keadaan kosong, maka kapal akan mudah oleh kalau ada angin kencang, raden” bujuk abu hurairah/
“Perintahkan anak buahmu untuk mengisi karung karung itu dengan pasir saja biar kapalnya tidak oleng” jawab raden paku yang membuat abu hurairah ssemakin tidak mengerti
Kapal Nyai Ageng pinatih bertolak dari Banjar untuk kembali ke pulau jawa. Ketika mereka sampai di gresik, hal yang dikhawatirkan nakhoda utama itu terbukti. Nyai ageng pinatih sangat marah. Semua awak kapal, termasuk abu hurairah terkena kemarannya. Terlebih lebih lagi, raden paku yang dianggap memiliki ide gla itu.
“Sebaiknya, ibu tidak perlu marah. Periksalah ke kapal” kata raden paku datar
“Apa yang perlu diperiksa? Ayo, turunkan seluruh karung itu dan buang ke laut”
“Sabarlah , ibu ajaklah paman Abu hurairah untuk melihatnya terlebih dahulu agar ibu tidak marah-marah terus”
Akhirnya, nyai ageng pinatih berangkat menuju pelabuhan dan memeriksa muatan kapalnya. Dengan disertai kemarahan, wanita itu membuka karung. Betapa tebelalak matanya ketika melihat karung ibu bukan berisi pasir melainkan intan dan emas. Untuk meyakinkan kebenaran itu, ia memerintahkan para awak kapal untuk emeriksa seluruh isi karung. Ternyata, semuanya berisi berbagai barang berharga yang jika dijual akan mendatangkan keuntungan yang luar biasa.
Itulah pembahasan mengenai cerita sunan giri yang belajar berdagang hingga ke kalimantan. Beliau tidak takut rugi untuk menyedahkan uang dari keuntungan dalam berdagang juga berdagang dengan cara yang jujur. semoga kita dapat meneladaninya. Aamiin

http://ceritaislami.net/kisah-sunan-giri-belajar-berdagang-pedagang-yang-jujur/
Previous
Next Post »
0 Komentar