Sihir yang tersebar tersebut bermula ketika Raja Nebucadnezar menahan orang-orang Yahudi setelah menyerang Palestina. Tawanan tersebut pun mulai memainkan sihir saat tiba di Kota Babil. Yahudi memang dikenal sebagai bangsa yang sangat dekat dan mahir mempraktikkan ilmu sihir. Dengan pengetahuan sihir yang mumpuni, mereka kemudian menakut-nakuti warga Babil dengan membuat lingkaran besar sebagai lingkaran sihir.
Demi melenyapkan ketakutan warga akibat sihir tersebut, diutuslah dua malaikat ke Kota Babil, Harut dan Marut. Keduanya diutus untuk mengajarkan sihir kepada warga Babil. Bukan untuk berbuat kejahatan, sihir yang diajarkan keduanya hanyalah untuk menjelaskan hakikat sihir.
Maka, Harut dan Marut pun turun ke bumi dan mendatangi warga Babil. Dimulailah tugas mereka untuk mengajarkan sihir. Ketika warga mendatangi mereka untuk mempelajari sihir, keduanya memperingatkan agar tak menyalahgunakannya untuk berbuat syirik. “Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, maka sebab itu janganlah kamu kafir,” ujar keduanya.
Harut dan Marut pun kemudian menyampaikan ilmu dasar-dasar sihir dan cara melenyapkan lingkaran besar sihir yang dibuat Yahudi. Keduanya pun memperingatkan bahwa sihir merupakan hal yang dipelajari. Karena dipelajari, sihir tidaklah dapat memberikan manfaat ataupun mafsadat bagi manusia kecuali dengan kehendak Allah.
Usailah tugas Harut dan Marut. Keduanya pun kembali ke langit. Tapi, warga Kota Babil justru tak mengikuti peringataan Harut dan Marut. Mereka justru berbuat kerusakan dengan ilmu sihir yang diajarkan keduanya. Maka, makin rusaklah negeri tersebut.
Kisah Harut dan Marut terdapat dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 102. Di akhir ayat, Allah pun memberikan peringatan dan hikmah dari kisah tersebut. “Dan, mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan, mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya, mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir kalau mereka mengetahui.”
Versi Yahudi
Kisah Harut dan Marut memiliki versi lain dalam kisah Israiliyyat. Dalam versi Yahudi, dikisahkan Harut dan Marut merupakan malaikat yang tengah diuji oleh Allah. Saat itu, Malaikat tak setuju dengan penugasan orang saleh sebagai khalifah di muka bumi. Namun, orang saleh berbeda dari manusia kebanyakan, mereka dapat menahan nafsu sehingga dapat mengemban amanah sebagai khalifah bumi. Akan tetapi, malaikat berpendapat jikalau mereka diberikan nafsu, mereka akan dapat menahannya lebih baik dari manusia saleh.
Dengannya, maka Allah pun memilih dua malaikat, yakni Harut dan Marut untuk menguji apa yang dikatakan para malaikat. Keduanya diberikan hawa nafsu, kemudian diturunkan ke bumi. Saat baru tiba di bumi, keduanya melihat wanita jelita dan langsung terpesona. Tapi, wanita tersebut menolak ajakan berbuat maksiat. Si wanita pun menawarkan tiga hal kepada keduanya, menyembah berhala, membunuh bayi, atau meminum khamar.
Harut dan Marut pun berpikir, “Menyembah berhala adalah perbuatan kufur, membunuh bayi merupakan dosa besar, sedangkan meminum khamar hanyalah dosa kecil,” pikir mereka. Maka mereka pun memilih untuk meminum khamar.
Namun, setelah meminumnya mereka menjadi mabuk. Setelah kehilangan akal akibat mabuk, keduanya kemudian membunuh bayi dan menyembah berhala. Setelah melakukan ketiga dosa itu, mereka pun kemudian melakukan hal keji kepada wanita itu.
Harut dan Marut gagal. Sifat kemalaikatan keduanya pun dicabut. Allah yang murka kepada keduanya pun memberikan pilihan kepada keduanya antara azab dunia atau azab akhirat. Karena azab dunia bersifat sementara, mereka memilih selamat dari azab akhirat. Keduanya pun kemudian digantung di langit Kota Babil hingga hari kiamat. Semenjak digantung, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Manusia yang ingin mempelajari sihir pun kemudian menuju Babilonia dan menemui mereka.
Demikian kisah versi Israiliyat. Tapi, kisah tersebut tidaklah dibenarkan dengan hadis Rasulullah. Hikayat tersebut murni berasa dari lisan bangsa Yahudi. Bahkan, dikatakan Yahudi mengubah kisah sebenarnya kepada kisah batil. Para ahli tafsir pun menolak riwayat kisah tersebut. Ibnu Katsir mengatakan, cerita Yahudi yang disapaikan Ka'abul Ahbar tersebut bukanlah hadis marfuk dari Rasulullah. “Barangsiapa yang merafa'kannya maka ia telah salah,” ujarnya.
Sebagai Muslimin, kita mencukupkan diri dengan sumber Alquran jika menghadapi kisah Israiliyat. Apalagi, tak ada sumber dari Rasulullah yang membenarkan kisah tersebut. Kisah diawal merupakan kisah yang mendekati kebenaran dari yang tersurat pada surah al-Baqarah ayat 102
0 Komentar