Membedah Makna Kebahagiaan Hakiki - Sahabat saudaraku fillah..Yang di Rahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sejatinya seorang Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak hanya berfikir untuk meraih kebahagiaan di dunia, tetapi ia juga akan berfikir untuk meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengutus Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan yang haq lurus, agar mereka bahagia didunia dan akhirat.
Meski demikian manusia menempuh, Jalan dan caranya masing-masing ,untuk menggapai kebahagiaan, ada yang mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada juga sekelompok manusia memilih jalan yang menyimpang dan dilarang, yaitu tunduk pada hawa nafsunya sendiri.
Walaupun hasilnya sama-sama mendapat kebahagiaan, namun maknanya berbeda. Mereka yang memilih jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendapat kebahagiaan kekal abadi. Sementara yang memilih jalan yang dilarang dan menyimpang hanya mendapat kebahagiaan sesaat.
Setiap insan pasti menginginkan dan mendambakan kebahagiaan, sesungguhnya kebahagiaan itu tidaklah muncul dari luar diri kita, akan tetapi hadir dan datang dalam diri kita sendiri. Kebahagiaan akan terasa ketika kita memahami dan menyadari, bahwa semua yang kita terima sudah diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dan kitapun qana’ah yaitu selalu merasa puas, dan menerima dengan senang hati dan lapang dada, apapun yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Apakah bentuk pemberian tersebut sesuai dengan keinginan kita ataupun tidak.
Dengan satu keyakinan, bahwa kenyataan tersebut itulah yang baik dan paling terbaik bagi kita, sebab hanya Allah Subhanhu wa Ta’ala Yang Maha mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Maha Penyanyang terhadap hamba-hamba-Nya, dan kewajiban kita dianjurkan untuk berupaya ikhtiar maksimal, Berdoa dan Bertawakal.
Dalam hal ini menurut pandangan islam, bahwa kebahagiaan hakiki itu tidak diukur, dengan memiliki harta yang berlimpah, status sosial yang tinggi di masyarakat, dan semua standar ukuran-ukuran keduniaan lainnya, akan tetapi kebahagiaan itu akan hadir ketika setiap insan, berusaha maksimal penuh keikhlasan serta kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk membersihkan hatinya (qalbu) dari hal-hal yang mengotorinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“ Sesungguhnya Berbahagialah orang-orang yang mensucikan jiwanya (Qalbu), Dan Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya”. (QS. Asy Syams : 9-10)
Setiap muslim mempunyai kesempatan, untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman dalam jiwanya. Untuk menggapainya tentunya harus diusahakan, melalui Riyadhah (latihan), dan Mujahadah (tekun) untuk mensucikan jiwa (tazkiyatun Nafs) bisa dilakukan dengan dzikir, karena ketika berdzikir qalbu seorang hamba selalu berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dengan demikian melahirkan ketentraman dan Kebahagiaan. Terlebih selalu merasakan diawasi dan mengalirkan Naungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“ Maka ingatlah Kepada-KU, Niscaya AKU (ALLAH) akan ingat pula kepada kalian.Dan Bersyukurlah Kepada-KU,serta janganlah kalian mengikari Nikmat-KU”. (QS. Al Baqarah : 152).
Dari ayat tersebut diatas, mengisyaratkan adanya suatu anjuran untuk senantiasa berdzikir dan selalu mengingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya, karena dengan bersyukur atas karunia dan nikmat, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berikan, hati hambapun selalu merasa ada keberkahan dan bertambahnya nikmat tersebut.
Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan akan hadir di qalbu, manakalah setiap muslim mampu menyikapi apa saja yang menimpanya, selalu berbaik sangka (husnudzan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik disaat lapang maupun disaat dirundung kesempitan, selalu diterima dengan sabar dalam segala hal. Karena dengan keimanan yang kokoh yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala, menetapkan segala sesuatu yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:
"Dan Tidaklah seseorang di berikan satu pemberian lebih Baik, dan lebih luas dari pada kesabaran”. (HR. Bukhari dan Muslim )
Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa pada dasarnya seorang mukmin, hidupnya selalu dikelilingi kebaikan, baik ketika mendapat kesenangan, kelapangan maupun disaat ditimpa ujian musibah, ada manfaat yang dapat ia ambil dari keduanya, ketika ia ditimpah ujian dan musibah, ia akan merasakan kebahagiaan.
Karena ia yakin bahwa ujian dan musibah pada hakikatnya, untuk membersihkan jiwa setiap insan hingga benar-benar ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan membantunya meraih kebahagiaan dan kenikmatan-kenikmatan surga yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala, janjikan kepada hamba-hamba-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“ Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb-Mu dengan hati yang yang ridha dan diridhai-Nya. Masuklah kedalam hamba-hamba-KU ,Dan masuklah ke dalam Surga-KU”. (QS. Al Fajr 27-30).
Demikian pula ketika ia mendapat kesenangan dan kelapangan, makin bertambah syukurnya, dan ia pun giat melakukan hal-hal yang di ridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu semua urusan orang mukmin itu adalah Kebaikan dan melahirkan kebahagiaan baik disaat senang maupun disaat diuji dengan musibah. Karena dengan keimanan yang terpatri dalam qalbu, yakin apapun yang terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Sungguh Luar biasa Urusan orang mukmin itu, Sesungguhnya semua urusannya itu baik dan itu semua tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Jika ia mendapatkan Kebaikan ia Bersyukur, dan itu sangat baik baginya. Jika ia ditimpa Cobaan ia Bersabar dan itu sangat baik baginya.” (HR. Bukhari).
Dalam keadaan inilah kemilau seorang mukmin memancar, karena semua urusanya adalah mendatangkan dan melahirkan kebahagiaan, dan menjadikannya makin bertaqwa, karena hudhur (kehadiran) Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu dirasakan setiap saat menaungi langkah-langkahnya, dalam Ma’iyatillah (Kebersamaan Allah Subhanhu wa Ta’ala) dalam semua urusannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“ Dan DIA (ALLAH) memberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa Bertawakkal kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mencukupkan (keperluanya). Sesungguhnya ALLAH melaksanakan Urusan-Nya, sungguh ALLAH telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.(QS. At Thalaq : 3).
Sahabat saudaraku fillah. kehidupan seorang mukmin yang beriman, kepada kehidupan negeri akhirat yang kekal abadi tidaklah sama dengan kehidupan orang kufur, yang menganggap umurnya merupakan kesempatan pertama, dan terakhir untuk menghabiskan kenikmatan sementara duniawi.
Oleh karena itu dalam menghadapi kehidupan di dunia hendaklah kita berpegang teguh pada ajaran Islam, yang benar-benar telah disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk membentengi hati dan aqidah kita, agar selamat dan bisa menggapai kebahagiaan di dunia maupun kebahagian yang kekal di akhirat.
Sahabat Saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, demikian untaian sederhana ini, semoga manfaat buat kita semua,’ Yang benar (haq) semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul kalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala . Senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahum Aamiin.
0 Komentar