Pengertian Ikhlas termasuk salah satu akhlak mahmudah. Ikhlas artinya
tulus hati dan suci. Sifat ikhlas merupakan sifat untuk membersihkan segala
perbuatan dari keinginan selain ridha dari Allah SWT. Orang yang ikhlas tidak
mengharap pujian, penghormatan, penghargaan, dan imbalan atas apa yang sudah
dilakukan. Orang ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT. Orang ikhlas disebut
mukhlis.
Agar perbuatan kita dinilai ikhlas, maka yang pertama-tama
kita luruskan adalah niat. Karena perbuatan kita itu tergantung pada niatnya.
Jika niatnya karena Allah dan mengharap keridhaan-Nya, maka berarti
perbuatannya termasuk dalam sikap ikhlas. Sebaliknya, jika niatnya bukan karena
Allah, karena manusia, ingin mendapat pujian, sanjungan dan imbalan. Perbuatan
yang demikian itu berarti hatinya tidak ikhlas, tetapi riya’.
اِنَّمَا
الْاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Setiap perbuatan disertai niat”
Banyak contoh orang yang berbuatikhlas. Para Nabi Allah memiliki keikhlasan yang tinggi dalam beribadah. Selain
Para Nabi, Siti Masyitoh yang hidup di istana kerajaan Fir’aun, merupakan salah
satu contoh orang yang ikhlas dalam menyembah Allah SWT. Dia tidak takut
dihukum oleh Fir’aun. Bahkan hukuman yang ditimpakan atas dirinya dan
anak-anaknya tidak mengurangi keikhlasan dalam mengakui keesaan Allah SWT. Bagi
Siti Masyitoh, Allah SWT adalah tujuan hidupnya.
Baca : Pengertian Tawakal
Baca : Pengertian Tawakal
Akhlas itulah yang menuntun dia
bersama anak-anaknya dalam beribadah menjadi ringan, walaupun ditengah-tengah
ancaman Fir’aun. Dalam ketulusan hatinya itu, dia tidak merasa berkecil hati, walaupun
diejek, dicela, dihina dan dicaci maki oleh putra Fir’aun dan Fir’aun sendiri.
Siti Masyithoh tetap tak bergeming. Ia
tetap tulus dalam menyembah Allah SWT. Dia sudah berikrar dalam hati,
sesungguhnya shalatku, hidupku, dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan
pemilik alam semesta. Ikrar dalam hati tersebut dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Demikian teladan yang dapat diambil dari seorang perempuan Siti
Masyithoh, sebagai pembantu keluarga Fir’aun.
Sebagai seorang muslim, kita hendaknya
menanamkan dan membiasakan sikap ikhlas, baik dalam beribadah kepada Allah SWT
maupun dalam mengerjakan segala sesuatu. Ikhlas akan mendorong amal ibadah
maupun pekerjaan menjadi ringan dan enteng dan tidak merasa terbebani. Dengan
ikhlas semua ibadah dan pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan
memuaskan. Sebaliknya, dengan tidak ikhlas semua ibadah dan pekerjaan terasa
berat, akhirnya hasilnya pun mengecewakan.
Kita akan beribadah dan bekerja dengan
sungguh-sungguh dan serius, baik ketika ada orang yang melihatnya atau tidak.
Karena kita beribadah dan bekerja semata-mata untuk mendapat keridhaan dari
Allah SWT, bukan pujian manusia karena mendapat pujian dari manusia itu bukan
tujuan utama. Kita akan tetap rendah hati, tidak merasa sombong dan tersanjung,
apabila mendapat pujian dari orang lain.
Semua itu sesuai dengan Firman Allah
SWT,
وَمَآ
اُمِرُوْآ اِلَّالِيَعْبُدُوْا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ
وَيُقِيْمُوْا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : “Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Orang ikhlas akan memiliki sikap mental yang positif
sebagai ketahanan kualitas pada diri kita, sebagai asset bangsa dan umat islam
di Indonesia. Sebaliknya akan terhindar sikap mental negatif yang merusak
mental kita.
Sepuluh sikap
mental positif yang dimiliki orang ikhlas :
- Berjiwa besar
- Jujur
- Tabah dan sabar
- Bersifat qana’ah
- Tawadhu
- Percaya diri
- Adil dan bijaksana
- Mampu mengendalikan diri
- Bersifat sederhana
- Berjiwa optimis
Sepuluh macam
sikap mental negatif yang dapat dihindari oleh orang yang ikhlas :
- Riya dan sum’ah
- Sombong
- Putus asa
- Cepat termakan isu dan hasutan
- Iri dan dengki
- Serakah dan tamak
- Boros dan berlebihan
- Pengecut
- Tidak punya rasa malu
- Khianat
0 Komentar