Seperti biasa, selepas salat subuh, Amri mengikuti pengajian kitab yang dilaksanakan di masjid pesantrennya. Suatu pagi ia sangat ngantuk hingga baru beberapa menit pengajian dimulai, ia tertidur lelap.
Amri terbangun ketika rekan-rekannya mulai beranjak dari tempat mereka mengaji, walau dengan mata yang masih terasa berat, akhirnya dia bergegas keluar dari masjid.
Sepulang dari masjid, Amri tidak langsung ke kamarnya, tetapi masih mencari makanan untuk sarapan. Dia merasa ada sesutu yang tidak beres saat tiba di depan kamar, karena di sana sudah ada salah seorang pengurus pondok yang sedang menunggunya.
Benar saja, ketika Amri berada tepat di hadapannya, sang pengurus langsung menyapanya.
“Amri..., sandalnya..” sambil menunjuk ke arah kaki Amri.
Amri tersentak, kemudian menatap sandal yang ia pakai, lalu secara reflek melepaskan sandal itu sembari berucap,
“Astaghfirullah....., maaf Ustadz saya nggak sengaja ....”
Amri belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena keburu dipotong oleh sang pengurus,
“Ya..nggak apa-apa Amri, pak Kiai sudah mengikhlaskannya kok....”
“Haah.... sandal pak Kiai...,Ya Allah....Astaghfirullah..., maafkan Amri Kiai....”
Ketika itu pula keringat dingin terasa mengalir di sekujur tubuh Amri. Mungkin akibat kesadarannya yang masih belum sempurna, sehingga ketika turun dari masjid tadi, Amri tidak menyadari sandal siapa yang ia pakai, padahal sandalnya sendiri berada di samping masjid.
(Hosni Rahman)
Amri terbangun ketika rekan-rekannya mulai beranjak dari tempat mereka mengaji, walau dengan mata yang masih terasa berat, akhirnya dia bergegas keluar dari masjid.
Sepulang dari masjid, Amri tidak langsung ke kamarnya, tetapi masih mencari makanan untuk sarapan. Dia merasa ada sesutu yang tidak beres saat tiba di depan kamar, karena di sana sudah ada salah seorang pengurus pondok yang sedang menunggunya.
Benar saja, ketika Amri berada tepat di hadapannya, sang pengurus langsung menyapanya.
“Amri..., sandalnya..” sambil menunjuk ke arah kaki Amri.
Amri tersentak, kemudian menatap sandal yang ia pakai, lalu secara reflek melepaskan sandal itu sembari berucap,
“Astaghfirullah....., maaf Ustadz saya nggak sengaja ....”
Amri belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena keburu dipotong oleh sang pengurus,
“Ya..nggak apa-apa Amri, pak Kiai sudah mengikhlaskannya kok....”
“Haah.... sandal pak Kiai...,Ya Allah....Astaghfirullah..., maafkan Amri Kiai....”
Ketika itu pula keringat dingin terasa mengalir di sekujur tubuh Amri. Mungkin akibat kesadarannya yang masih belum sempurna, sehingga ketika turun dari masjid tadi, Amri tidak menyadari sandal siapa yang ia pakai, padahal sandalnya sendiri berada di samping masjid.
(Hosni Rahman)
http://www.nu.or.id/
0 Komentar