Penyebaran Islam Ke Negeri-negeri Lain. Genjatan senjata dengan penduduk Mekah memberi kesempatan kepada
Nabi SAW untuk mengalihkan perhatian ke berbagai negeri-negeri lain sambil
memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh
oleh Nabi SAW kemudian adalah dengan mengirim
utusan dan surat ke berbagai kepala Negara dan pemerintahan di antara
raja-raja yang dikirimi surat oleh Nabi SAW adalah raja Gassan dari Iran, raja
Mesir, Abessinia, Persia dan Romawi. Memang dengan cara itu tidak ada raja-raja
yang masuk islam, namun setidaknya risalah islam sudah sampai kepada mereka.
Reaksi para raja itu pun ada yang menolak dengan baik dan simpatik sambil
memberikan hadiah, ada pula yang menolak dengan kasar.
Raja Gassan termasuk yang menolak dengan kasar. Utusan yang
dikirim Nabi SAW dibunuhnya dengan kejam. Sebagai jawaban, Nabi SAW kemudian
mengirim pasukan perang sebanyak 3.000 orang dibawah pimpinan Zaid bin
Haritsah. Peperangan terjadi di Mu’tah, sebelah utara semenanjung Arab.
Pasukan islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Gassan yang
mendapat bantuan langsung dari Romawi. Beberapa syuhada gugur dalam pertempuran
melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Di antara mereka yang gugur
adalah Zaid bin Haritsah sendiri, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Abi Rawahah.
Melihat kekuatan yang tidak seimbang itu, Khalid bin Walid, bekas panglima
Quraisy yang sudah masuk islam, mengambil alih komando dan memerintahkan
pasukan islam menarik diri dan kembali ke Madinah. Perang melawan tentara
Gassan dan pasukan Romawi ini disebut dengan perang Mu’tah.
Selama 2 tahun perjanjian Hudaibiyah, dakwah islam sudah
menjangkau semenanjung Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh
semenanjung Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, telah menggambungkan
diri ke dalam islam. Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok.
Perjanjian Hudaibiyah ternyata telah menjadi senjata bagi umat islam untuk
memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang Quraisy
membatalkan perjanjian tersebut. Mereka menyerang Bani Khuza’ah yang berada di
bawah perlindungan islam hanya karena kabilah ini berselisih dengan Bani Bakar
yang menjadi sekutu Quraisy. Sejumlah orang Kuza’ah mereka bunuh dan sebagian
lainnya di cerai-beraikan. Bani Khuza’ah segera mengadu pada Nabi Muhammad SAW
dan meminta keadilan.
Baca juga : Perjanjian Hudaibiyah
Baca juga : Perjanjian Hudaibiyah
Rasulullah SAW segera bertolak dengan 10.000 orang tentara untuk
melawan kaum musyrik Mekah itu. Kecuali perlawanan kecil dari kaum Ikrimah dan
Safwan, Nabi Muhammad SAW tidak
mengalami kesukaran memasuki kota Mekah. Nabi Muhammad SAW memasuki kota itu
sebagai pemenang. Pasukan islam memasuki kota Mekah tanpa kekerasan. Mereka
kemudian menghancurkan patung-patung berhala di seluruh negeri. Allah SWT
berfirman :
وَقُلْ
جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
Artinya : Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang
bath il telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap”. (QS. Al ‘Israa’)
Setelah melenyapkan berhala-berhala itu, Nabi SAW berkhotbah
menjanjikan ampunan bagi orang-orang Quraisy. Setelah Khotbah tersebut,
berbondong-bondong mereka datang dan masuk islam. Ka’bah bersih dari berhala
dan tradisi-tradisi serta kebiasaan-kebiasaan musyrik. Sejak itu, Mekah kembali
berada di bawah kekuasaan Nabi SAW.
Setelah Mekah dapat dikalahkan, masih terdapat suku-suku Arab yang
menentang, yaitu Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani Jusyam. Suku-suku
ini berkomplot membentuk satu pasukan untuk memerangi islam karena ingin
menuntut bela atas berhala-berhala mereka yang diruntuhkan Nabi SAW dan umat
islam di Ka’bah. Pasukan mereka dipimpin oleh Malik bin Auf (dari Bani Nasr).
Dalam perjalanan mereka ke
Mekah, mereka berkemah di Lembah Hunain yang sangat strategis. Kurang lebih 2
minggu kemudian, Nabi SAW memimpin sekitar 12.000 tentara menuju Hunain. Saat melihat
banyak pasukan islam yang gugur, sebagian pasukan yang masih hidup menjadi
goyah dan kacau balau, sehingga Nabi SAW kemudian memberi semangat dan memimpin
langsung peperangan tersebut. Akhirnya umat islam berhasil menang. Pasukan musuh
yang melarikan diri ke Ta’if terus diburu selama beberapa minggu sampai
akhirnya mereka menyerah. Pemimpin mereka, Malik bin Auf, menyatakan diri masuk
islam.
Dengan ditaklukannya Bani Saqif dan Bani Hawazin, kini seluruh
semenanjung Arab berada di bawah satu kepemimpinan, yaitu kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraclius, pemimpin Romawi,menyusun pasukan
besar di Suriah, kawasan utara semenanjung Arab yang merupakan daerah
pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Gassan dan Bani
Lachmides.
Dalam masa panen dan pada musim yang sangat panas, banyak pahlawan
islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi
kemudian menarik diri setelah melihat betapa besarnya pasukan yang dipimpin
Nabi SAW. Nabi SAW sendiri tidak melakukan pengejaran, melainkan ia berkemah di
Tabuk. Disini Nabi SAW membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan
demikian daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan islam. Perang yang
terjadi di Tabuk ini merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Pada tahun 9 dan 10 H banyak suku dari seluruh pelosok Arab yang
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan tunduk kepada
Nabi SAW. Masuknya orang Mekah ke dalam agama islam mempunyai pengaruh yang
amat besar pada penduduk Arab. Oleh karena itu, tahun ini disebut dengan tahun
perutusan atau Am al-Bi’sah. Mereka yang datang ke Mekah, rombongan demi
rombongan, mempelajari ajaran-ajaran islam dan setelah itu kembali ke negeri
masing-masing untuk mengajarkan kepada kaumnya. Dengan cara ini, persatuan Arab
terbentuk. Peperangan antar suku yang berlangsung selama ini berubah menjadi
persaudaraan agama. Pada saat itu turunlah firman Allah SWT :
اِذَا
جَآءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُ. وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِى دِيْنِ
اللّٰهِ اَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
.وَاسْتَغْفِرْهُ، اِنَّهٗ كَانَ
تَوَّابًا
Artinya : Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. Annasr)
0 Komentar